Adab Menguap Dalam Islam
Banyak dari kaum muslimin menyangka bahwa menguap adalah perkara yang
lazim sebagaimana lazimnya seseorang merasakan kantuk, lapar, atau yang
lainnya. Ternyata, ada perkara yang luput dari pengetahuan kita tentang
menguap ini.
Menguap disebabkan beratnya beban diri yang akan mengakibatkan lalai,
malas, serta jeleknya pemahaman seseorang. Menguap merupakan perkara
yang jelek sebab menguap membawa kepada perkara yang dibenci oleh
syariat berupa sikap malas, lalai, serta pemahaman yang jelek
sebagaimana telah disebutkan. Lalu bagaimana pandangan syariat tatkala
menguap datang menghampiri seseorang?
Menutup Mulut dengan Tangan
Karena menguap merupakan sesuatu yang dibenci syariat, syaithan pun
menyukainya. Terbukanya mulut karena sesuatu yang dibenci syariat ini
adalah jalan masuk yang lapang bagi syaithan untuk mengganggu manusia.
Syaithan bisa masuk ke tubuh manusia melewatinya. Oleh sebab itulah
syariat memerintahkan kita untuk menutup mulut tatkala menguap. Hal ini
sebagaimana telah disebutkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu
‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bahwa beliau
bersabda yang artinya,
“Apabila salah seorang dari kalian menguap maka hendaknya ia meletakkan
tangannya di mulutnya karena syaithan akan memasukinya.” (HR. Al-Bukhari
dalam Adabul Mufrad, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabul Mufrad)
Syaithan tidak hanya menunggu-nunggu kesempatan untuk masuk ke dalam
tubuh manusia tatkala menguap. Bahkan, menguap itu sendiri timbul dari
sebab perbuatan syaithan. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menjelaskan,
“Sesungguhnya menguap dari syaithan.” (Diriwayatkan dalam Adabul Mufrad, shahih)
Menahan Diri dari Menguap
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah memerintahkan kita untuk
menahan diri dari menguap sebagaimana yang disebutkan oleh Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam
bersabda,
“Menguap berasal dari syaithan. Apabila salah seorang dari kalian
menguap, hendaknya ia melawan semampunya. Jika dia sampai berucap ‘hah’
(tatkala menguap) maka syaithan akan tertawa karenanya.” (HR. Al-Bukhari
dalam Al-Adabul Mufrad, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih
Al-Adab Al-Mufrad)
Pembaca, bagaimana sekiranya seseorang menguap dan ia tidak melaksanakan
apa yang diperintahkan (oleh syariat, -admin)? Tentu syaithan akan
bergembira dan tertawa karenanya. Dan, bertambah lagi kesempatannya
untuk mengganggu anak Adam. Lalu, apakah seorang muslim rela musuh
mereka menertawainya dan bergembira karena telah berhasil
memperdayainya? Bukankah seseorang akan memperlakukan musuh sebagaimana
seorang musuh?
“Sesungguhnya syaithan adalah musuh bagi kalian, maka perlakukanlah ia sebagai seorang musuh.” (QS. Fathir: 6)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Sumber: Syarh Shahih Al-Adab Al-Mufrad
Penulis: Hammam
Diambil dari: Majalah Tashfiyah edisi 03 vol. 01 1432 H – 2011 M, hal. 50-51.
selalu tak sempat nak angkat tangan haihh...hehehe
ReplyDelete